
Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa anggaran program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp10.000 per porsi masih dinilai cukup untuk menghadirkan menu sehat dan bernutrisi tinggi. Menu tersebut bahkan mencakup lauk bergizi seperti telur dan ayam, sesuai dengan standar kebutuhan gizi harian anak-anak sekolah.
Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan bahwa perhitungan anggaran Rp10.000 per porsi bukan angka sembarangan. Nilai tersebut telah melalui kajian menyeluruh dan simulasi lapangan, serta dikaji langsung oleh Presiden Prabowo Subianto. Menurut Nanik, hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan manajemen bahan pangan yang efisien dan kerja sama dengan produsen lokal, Rp10.000 tetap bisa menghasilkan makanan yang sehat, bergizi, dan mengenyangkan.
“Beliau menghitung sendiri dan berkesimpulan bahwa dengan Rp10 ribu itu masih bisa menggunakan lauk berupa ayam dan telur,” ujar Nanik.
Nanik menjelaskan, keterlibatan langsung Presiden Prabowo menunjukkan keseriusan pemerintah dalam memastikan program MBG tidak hanya berjalan secara administratif, tetapi juga benar-benar memenuhi kebutuhan gizi anak-anak Indonesia.
Sementara itu, sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @merliana8 tengah menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Dalam konten itu, Merli Ana mencoba menantang dirinya sendiri untuk memasak menu bergizi dengan budget Rp10.000 per hari.
Namun, hasilnya justru menuai reaksi keras dari warganet. Banyak pengguna TikTok menilai bahwa dengan uang segitu, nyaris mustahil menghadirkan lauk bergizi seperti ayam atau telur, apalagi jika harus memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah.
Totalnya tepat Rp10.000, namun hasilnya hanya berupa menu sederhana: sayur bening dan tempe. Tidak ada sumber protein hewani, yang menurut warganet membuat eksperimen itu terasa jauh dari konsep “makanan bergizi seimbang.”
Kolom komentar pun dipenuhi kritik. Seorang pengguna menulis, “Kalau semua bahan segitu, kapan bisa makan ayam atau telur? Harga pasar aja udah beda.” Yang lain menambahkan, “Mungkin di atas kertas bisa, tapi di dapur kenyataannya lain.”
Beberapa warganet juga menyoroti perbedaan harga bahan pokok di tiap daerah. Mereka menilai perhitungan Rp10.000 per porsi bisa jadi relevan di daerah tertentu, tapi tidak realistis di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Medan di mana harga ayam dan telur jauh lebih tinggi.
Di sejumlah daerah, terutama wilayah Bogor, Jawa Barat, harga bahan pangan pokok seperti ayam dan telur mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Berdasarkan pantauan di pasar tradisional, harga daging ayam kini menembus Rp40.000 per kilogram, sementara harga telur ayam ras mencapai Rp31.000 per kilogram.
Pedagang mengaku, lonjakan harga ini dipicu oleh naiknya biaya pakan ternak, cuaca ekstrem, dan distribusi yang tidak stabil. Faktor-faktor tersebut membuat harga bahan pangan cenderung fluktuatif, terutama menjelang akhir tahun ketika permintaan masyarakat meningkat.
Salah satu pedagang di Pasar Bogor mengatakan bahwa harga ayam sebelumnya masih berada di kisaran Rp35.000 per kilogram, namun dalam waktu singkat melonjak hingga Rp40.000. Kenaikan serupa juga terjadi pada telur ayam yang semula sekitar Rp27.000–Rp28.000, kini stabil di angka Rp31.000 per kilogram.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan publik mengenai realisme anggaran Rp10.000 per porsi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Sebab, dengan harga bahan pangan yang terus naik, banyak pihak menilai sulit untuk menyajikan menu lengkap bergizi dengan lauk ayam atau telur tanpa subsidi atau mekanisme pembelian skala besar.