
Pada Kamis 16 Oktober 2025, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) secara resmi mengumumkan pemutusan kerja sama dengan pelatih kepala Patrick Kluivert beserta seluruh tim kepelatihannya. Langkah ini sontak menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik yaitu berapa total pesangon yang harus dibayarkan PSSI untuk memutus kontrak lebih awal dengan sosok pelatih asal Belanda itu?
Sebelumnya, Kluivert dikontrak selama dua tahun penuh untuk memimpin proyek besar sepak bola Indonesia, termasuk pembinaan pemain muda dan peningkatan performa di level internasional. Namun, masa baktinya harus terhenti jauh lebih cepat dari rencana semula setelah melalui evaluasi menyeluruh yang dilakukan oleh federasi.
Dalam pernyataan resminya, PSSI menegaskan bahwa keputusan ini diambil atas dasar kesepakatan bersama, bukan pemecatan sepihak setelah diskusi panjang mengenai arah dan strategi masa depan Timnas Indonesia, terutama pasca kegagalan tim senior melangkah lebih jauh di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Di bawah asuhan Kluivert, Skuad Garuda tak mampu mempertahankan konsistensi permainan dan akhirnya tersingkir di Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, menghancurkan harapan besar publik untuk melihat Indonesia tampil di ajang sepak bola terbesar dunia.
Kalkulasi Pesangon dari PSSI: Kluivert Pulang Bawa Puluhan Miliar!
Keputusan PSSI untuk mengakhiri kerja sama dengan Patrick Kluivert lebih cepat dari durasi kontraknya ternyata tidak datang tanpa konsekuensi besar. Di balik pernyataan resmi yang menyebut “kesepakatan bersama”, tersimpan beban finansial yang bikin dahi berkerut, sebab nilai kompensasi yang harus dibayar federasi kabarnya selangit.
Sesuai aturan kontrak, PSSI wajib melunasi sisa masa kerja Kluivert sebagai bentuk kompensasi. Sang pelatih asal Belanda itu diketahui menerima gaji bulanan fantastis, yakni di kisaran Rp. 1,3 miliar hingga Rp. 1,5 miliar per bulan, atau sekitar Rp. 18 miliar per tahun. Angka ini menempatkannya sebagai salah satu pelatih dengan bayaran tertinggi dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Meski federasi belum mengumumkan nilai resmi, berbagai sumber memperkirakan total nilai kontrak dua tahun Kluivert mencapai sekitar Rp 36 miliar. Namun, karena masa tugasnya baru berjalan sekitar sepuluh bulan sejak awal 2025, masih tersisa 14 hingga 15 bulan kontrak yang belum dijalani.
Artinya, jika PSSI benar-benar menyelesaikan kerja sama lebih awal, federasi wajib menanggung pesangon sisa kontrak senilai antara Rp 33,8 miliar hingga Rp 39 miliar, itu adalah angka yang setara dengan biaya membangun satu pusat pelatihan nasional baru.
Angka fantastis tersebut membuat publik berspekulasi bahwa pemutusan kerja sama ini adalah keputusan yang mahal secara harfiah.
Kini, sorotan publik tidak hanya tertuju pada siapa pengganti Kluivert, tetapi juga bagaimana PSSI menutup lubang finansial besar yang ditinggalkan oleh keputusan ini. Banyak pihak menilai, pesangon fantastis itu menjadi pelajaran mahal dalam perjalanan reformasi sepak bola nasional.